Mendoakan orang 


Ilustrasi - Doa. (popmama.com)

Pernahkan kita secara sadar mendoakan orang lain? Selain orang tua kita, atau selain doa bersama dipimpin ustad atau imam shalat rawatib?

Mari sesaat mencoba-coba membaca diri sendiri atau bermuhasabah atau introspeksi diri atau bercermin pada kaca cermin dalam dada.

Apakah saya pernah berdoa untuk orang lain? Teman, sejawat, saudara, famili, keluarga, tetangga, pemimpin agama, pemimpin negara, dan lainnya?  Bahkan untuk orang tua kita sekalipun – selain doa pendek: “ Ya Allah, sayangilah mereka seperti sebagaimana mereka menyayangiku selagi kecil.”

Nah, salah satu satu ibadah yang dijalankan umat Muslim setiap hari adalah berdoa, untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.

Salah satu keistimewaan mendoakan orang lain adalah doa kita jadi mustajab.

Kok bisa begitu?

Dalam laman Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah (Jatman) menjelaskan, doa bisa menjadi mustajab saat seseorang berdoa, namun dalam doanya itu ia mendoakan orang lain tanpa diketahui orang yang didoakannya.

Sabda Nabi Muhammad SAW, dari Abi Darda’, ia berkata: Rasulullah berkata: “Tiadalah seorang muslim berdoa untuk saudara muslimnya secara rahasia (bi dzahril ghaib), kecuali malaikat berkata: untukmu juga sama” (HR. Muslim).

Dalam hadis lain yang juga diriwayatkan Imam Muslim disebutkan, “Doa seorang muslim kepada saudaranya secara rahasia (bi dzharil ghaib) itu mustajab.

Di sisi kepalanya itu ada malaikat yang diutus. Setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan kebaikan, maka malaikat yang diutus itu berkata, Aamiin, dan bagimu dengan yang serupa.”

Jadi saat mendoakan orang lain tidak lantas cerita kepada yang bersangkutan. Misalnya, “eh, aku doakan kamu kemarin agar…”, gak lucu kan.

Nabi Muhammad SAW menganjurkan umatnya agar tidak hanya memikirkan diri sendiri.  Ini juga pelajaran agar jangan pelit kepada orang lain dan jangan egois. Jadi berilah orang lain itu pemberian, walau itu pemberian tidak bersifat materi.

Berdoa untuk orang lain juga melatih kepekaan terhadap sesama, meningkatkan rasa kebersamaan dan kepedulian serta menumbuhkan rasa cinta.

Bisa mendoakan keluarga, kerabat, teman, sahabat, tetangga, grup, komunitas, para pelayan masyarakat,  pemerintah, pemimpin bangsa, pemimpin pemerintahan, hingga kaum muslimin seluruhnya umat Nabi Muhammad SAW.

Imam Nawawi menilai, doa ‘bi dzahril ghaib’ itu lebih ikhlas sebab dilakukan secara rahasia. Sebagian kaum salaf tatkala menginginkan sesuatu atau berdoa untuk dirinya sendiri, mereka berdoa pula untuk saudara muslim lainnya dengan doa tersebut.

Imam Nawawi menambahkan, fadhilah mendoakan orang lain secara rahasia (bi dzahril ghaib) ini juga berlaku meskipun ia mendoakan kaum muslimin, tidak harus orang perorang.

Ada dua keuntungan orang yang berdoa dengan mendoakan orang lain secara rahasia ini. Pertama doanya akan terjawab. Kedua, dia pun akan memperoleh sebagaimana doa yang dia mohonkan untuk orang lain tersebut.

Mendoakan muslim lainnya digambarkan dalam Surah Al Hasyr ayat 10, “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan An¡ar),  berdoa, Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami. Janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, Sungguh, Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang.”

Makanya, kita jangan terlalu egois, berdoa hanya untuk diri sendiri. Karena mendoakan orang lain sebenarnya hakikatnya adalah berdoa untuk diri sendiri.

Berdoa bersama memohon perbaikan atas “carut-marut” kondisi negara saat ini, berdoa bersama agar pandemic Covid 19 sirna dari muka bumi, tentu merupakan salah satu hal terbaik yang dapat kita lakukan saat ini.

Setidaknya, kita memohon agar sifat dengki dihapuskan Allah SWT dari dada kita. (arl)

Ooo

Jakarta, 24122020

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *