
Ilustrasi - Rahasia Allah SWT. (youtube)
Saya memasuki terminal bus Kampung Melayu, ingin membeli koran, tetapi harian yang saya cari tidak ada. Saya melayangkan pandang dan menyaksikan orang-orang makan, minum, merokok seenaknya, seakan bulan ini sedang bukan Ramadhan.
Saya menaiki angkot tujuan Salemba dan dalam angkot pikiran saya melayang ke masa silam. Gambar demi gambar, kenangkan demi kenangan, silih berganti berputar dalam benak saya.
Supir angkot dengan seenaknya menghisap rokok dan asapnya berterbangan ke bagian belakang. Seorang ibu mengibas-ngibaskan lengan menghalau serbuan asap itu.
Saya jadi terbayang gambaran berpuluh-puluh tahun silam. Siang seperti saat ini, saya pun selalu ngebul seperti supir angkot itu. Jangankan siang, pagi hari saya sudah menghirup kopi dan mempermainkan asap rokok, melayangkannya ke udara berbentuk bulat-bulat.
Saya mengkaji diri dari supir angkot itu. Saat ini saya sering berucap dalam hati: kok orang ini tidak puasa, padahal ia orang Islam. Dalam rukun Islam disebutkan salah satunya kewajiban orang Islam melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan.
Ketika di kantor siang hari, saya keluar hanya untuk ngopi dan merokok. Anehnya, saya masih ingat, ketika ngopi saya selalu ditemani rekan yang pada puasa. Orang seperti saya lah yang disebut Islam ka te pe. Agama hanya merupakan turunan, tidak memahami ilmunya dan tidak menjalankan syariatnya.
Kok saya tidak malu pada teman, kok tidak malu pada keluarga, tidak malu pada diri sendiri, tidak malu pada Tuhan Yang Maha Esa. Ia yang menciptakan saya, yang menciptakan bumi dan saya bermukim pada bumiNya.
Ternyata kewajiban melaksanakan puasa itu bukan hanya kepada Islam, melainkan pemeluk Islam yang beriman. Banyak pemeluk agama Islam yang tidak beriman, mereka belum dipanggil untuk melakukan puasa Ramadhan.
Orang beriman dan tidak beriman itu, pada hakikatnya tidak mengetahui bahwa ia beriman atau tidak. Bila saya berpuasa, tentu tidak pantas bila saya mengatakan: saya orang yang beriman.
Panggilan puasa memang untuk orang yang beriman, tapi apa sebenarnya arti iman itu? Allah swt lah yang melihat dan menentukan keimanan seseorang. Karena keimanan itu harus dilihat dari niatnya. Innama akmalu binniati. Amal itu tergantung dari niatnya.
Kalau seseorang melakukan puasa hanya karena ingin disebut orang alim, atau karena malu pada mertua atau atasan atau karena sebab yang lain, maka puasanya menjadi riya. Puasa itu adalah ikatan rohani si pelaku puasa dengan Allah swt.
Saya jadi malu sekali ketika tadi berprasangka buruk di terminal Kampung Melayu atau pun di tempat-tempat lain, ketika menyaksikan begitu banyak orang yang tidak puasa. Mereka tentu punya alasan untuk tidak berpuasa.
Orang beriman dipanggil untuk melaksanakan puasa Ramadhan agar menjadi orang yang bertakwa.
Jangan-jangan aku merasa sudah beriman dan sudah menjadi orang bertakwa, padahal iman dan takwa itu semata-mata merupakan rahasia Allah swt.
Pada 10 hari pertama Ramadhan disebut-sebut merupakan rahmat bagi orang yang beriman. Tapi puasa dan iman yang bagaimana dulu? (arl)