
Ilustrasi - Teman lama.
Duduk di beranda rumah
Semut amat ramah
Tak ada yang marah
Bersalaman setiap bertemu
Seolah tak ada keluh kesah
Seperti tak mengerti kata pasrah
Bersama memboyong benda besar, tak payah
Menyimak di beranda rumah
Murah sekali ini contoh perilaku mudah
Tapi dalam tanpa situasi meriah tetap seperti pasrah
Karena tidak mampu mencerna masalah
berleha-leha isi kepala tak terasah
tak dimamah apalagi dibedah
ah, aku setengah tengadah
tapi tak ada alat untuk menadah, ah
Terhenyak di beranda rumah
Duduk melekat tak terangkat
bersatu dengan bayang
membelakangi bayang-bayang seolah wujud
Tapi asap bergoyang-goyang bukti maujud
Aku merasa keluar dari wadah
Duduk bersila berhadapan
Di depan cermin
melihat wajah rupa sosokku
mata hidung mulut
telinga dahi pipi
kuamati satu persatu
lamat-lamat menyatu
diriku
maqomku
bercermin pada diri sendiri
kaca ini menipu
Setiap kuangkat tangan kiri
tangan kanan yang naik
begitu lah sebaliknya
bagian kiriku adalah kanan dan kanan adalah kiri
dulu aku suka sekali cermin
di rumah, di mobil, dimana saja
karena perlu untuk menata sosok
dibutuhkan untuk mundur atau berbelok
apalagi untuk parkir
tapi kini aku takut bercermin
baik cekung apalagi cembung
karena semua anggota tubuh bicara
satu per satu
padahal aku sudah berusaha menutup mulut mereka
tapi inilah silaturahim dengan diri sendiri
malah aku berbicara dengan semua bagian tubuh
setiap ada yang bicara yang lain khusuk mendengarkan
pada beberapa bagian aku amat malu
pada bagian lain sebagai penyesalan mendalam
karena terdengar rajam dalam pesona hijab
tambahkan kata waduk..wuduk..tawadduk
Aku berdiri di tepi kolam
Untuk menyaksikan masa silam
…………………
Beranda rumah
Cermin
Kolam, adalah…………………
Aku
Membuka tujuh pintu hati.
ooo
Jakarta, Oktober 2017