
Ilustrasi: Saatnya. (pngdownload)
Sergahku laksana nafas
Harimau tapaknya menderam
Cakar yang mencucuk menggaruk
Auuuuum bintang gugur, bulan bergoyang-goyang
Ah, tiba saatnya keluar dari dekam
Kulayangkan pandang, kutikam kelam
Kululur diam. Anyir bau kungkungan kolam dendam
Hauuuumm, siapa dekat kusergap dengan terkam
Genap sudah suaka panglima mengalir di darah
Kuasanya mengoyak pori, menyembur bumi
Tapak sendiri menjejak di berkasnya
Garukan cakar terlukis di bekasnya
(maka merah, apakah sempurna?!)
Ada lolongan menyambar dari awan
Sipongangnya pantul di balik dada
Menggelegar lari dari ubun-ubun
Itulah: merah jiwa, merah bumi, bersatu dengan sendiri
(tak teratasi, tak terbatasi. Karena sudah ajasi)
***
Yogyakarta, 1979