Di Warung Tepi Kereta, Bogor. (arl)
sekitar 2,5 jam itu terasa begitu singkat tapi sekaligus seperti hujan menyiram tanah kering dan serta merta suasana pun terasa sejuk. Selama puluhan tahun dahulu setiap hari bertemu di satu Gedung, Wisma Antara di Mersela alias Merdeka Selatan.
Kita bertemu bukan lagi di Wisma Antara, melainkan di Warung Tepi Kereta, persis di sebelah bangunan stasiun kereta Bogor. Turun dari stasion KRL Bogor,, keluar ke arah kiri menuju alun-alun, tapi tak usah masuk alun-alun, karena belok kiri dikit sudah kelihatan warung itu.
Ketika kaki masuk ke ruangan, di salah satu meja panjang, sudah ada beberapa teman, di antarara ya Irmanto, Edi yang menggagas acara silaturahim itu. Ada juga bro Darmadi, lae Damanik, mas Eko, uda Ali Anwar dan ibu, Pak Rahmat dan ibu dan beberapa teman lain.
Kita saling bersalaman dan cipika-cipiki. Suara kereta sesekali menderu, ada pula senandung lagu dari warung dan sesekali berdentang gendang dan syair dangdut dari para pengamen. Cerita rupanya sedang seru dan setelah duduk, saling sahut menyahut bersambung lagi. Ramai sekali dan suasana hangat, meluluhkan gerah panas yang seperti menguap dari tanah di tepi alun-alun.
Cerita masa lalu dibuka kembali, tentang suka-duka semasa masih aktif kerja. Tak lama kemudian beralih tentang dana MPS, tentang Dapen, tentang YKKPA, tentang bisnis kambing, tentang usia, tentang Kesehatan, tentang pertemuan selanjutnya, bahkan tentang rencana pertemuan Januari 2025,
Saling sahut menyahut dan sambut menyambut kata dan kalimat itu tak ada pangkal ujungnya, karena ada saja yang menyela dengan lucu dan tawa pun meledak berkepanjangan.
Di antara pembiaraan itu, ada beberapa teman yang mengatakan pengen pulang kampung untuk masa senjanya. Ada pula yang sudah mencoba tapi akhirnya balik ke asalnya di kawasan Jabodetabek.
“Lingkungan itu mahal. Kita yang sejak muda berada di lingkungan Jabodetabek pasti merasa di sinilah kampung kita. Banyak teman mencoba pulang kampung, tapi balik lagi. Nah, lingkungan itu memang terasa mahal,” kata Irmanto.
Sesekali suasana hening, rupanya ada yang hanyut dalam renungan tapi tak lama kemudian kembali pecah tawa karena ada yang melucu. Ada yang sibuk makan kacang, ada yang makan mi rebus, ada yang menyantap soto kuning, ada pula yang sibuk….menarik asap rokoknya setelah sesekali menghirup kopi hitam.
Eh..sebelum lupa, acara temu kangen ini harusnya bayar-bayar makanan sendiri. Tapi Darmadi tak membiarkan saya merogoh kocek, karena di depan kasir ia bilang ia ingin traktir kopi saya dan kalua tak salah memesan sampai empat porsi pisang goreng/bakar untuk disantap bersama di meja panjang.
“Silaturahim itu memanjangkan usia..,” kata Pak Rahmat, sembari menunjukkan dua kartu kereta dan trans-Jakarta (Jetlinko) gratis bepergian di seputar Jabodetabek. “Saya suka jalan-jalan kemana saja,” ujarnya.
Suara pengamen menggunakan pengeras suara – walau tak mendekat ke kami – beberapa kali membuat bicara kami terhenti, atau volumenya harus ditinggikan.
Waktu terus merangkak dengan cepat tak terasa kami sudah lebih dari dua jam saling berebut bercerita. Tapi kita harus bercerita terus. Nah, ka[an lagi kita bertemu?
“Bulan Desember kita bertemu di Cibubur dan Januari tahun depan kita rencanakan nginap jalan-jalan ke Tasik Malaya,” kata Irmanto. Pangsiunan langsing dan hitam manis ini memang dikenal cepat sekali mampu mengambil Keputusan. Nah…siapa yang mau ikut?
Ah, sebelum lupa, Pak Rahmat mengajukan usul. “Untuk acara halan-halan kita ini, harus ada koordinatornya atau ketuanya,” ujarnya.
Saya dengan cepat menanggapi, :Ketuanya ya Irmanto lah dan wakilnya Darmadi. Kalau butuh sekretaris atau bendahara ntar dipili aja,” kata saya dan semua teman setuju dan berteriak, “Okeeee”.
Nama perkumpulan pensionan kita apa Ir? “Forum Pansiunan Antara atau FPA,” teriak Irmanto dan semua pun berseru,,”settujuuuu”.
“Nah kita bertemu ada hasilnya kan,” kata Pak Rahmat, sebelum kami berfoto bersama dan bersalaman untuk berpisah dan pulang ke kediaman masing-masing. Aku melangkah ke dalam stasiun, mencari gerbong jurusan Manggarai.
Nah, silaturahim itu disebutkan meningkatkan sistem imun tubuh dan memperpanjang umur, karena memicu hormoh kebahagiaan (dopamine, oksitosin, endorfin, serotonin). Interaksi sosial dapat memberikan ide baru untuk menyelesaikan masalah bahkan dapat menciptakan peluang bisnis.
“Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan diperpanjang umurnya maka hendaklah ia bersilaturahim,” (HR Bukhari).
Alhamdulillah. Sampai bertemu lagi teman Forum Pensiunan Antara. Mohon maaf kalo ada kata tidak berkenan dalam tulisan ecek-ecek saya ini. (ar loebis)